Matahari Berputar Mengelilingi Bumi yang Diam

Menurut Anda, apakah bumi itu berputar mengelilingi matahari?

Jika iya, sebaiknya tidak lanjut membaca tulisan ketiga ini. Silakan baca tulisan saya sebelumnya tentang Geosentris dan Heliosentris sebagai pendahuluan untuk melanjutkan perhatian pada tulisan ini.

img src: pixabay.com


“Bumi berputar pada porosnya, dan bergerak mengelilingi matahari”. Teori yang masyhur selama berabad-abad masih dipercayai hingga saat ini. Banyak ilmuwan, penulis, pengajar yang mengajarkan teori ini di sekolah-sekolah dari mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah di atas.

Teori heliosentris populer karena konflik Galileo Galilei dengan Gereja pada masa itu. Galileo memaparkan hasil observasi teropongnya bahwa bumi berputar dan bergerak mengelilingi matahari. Pernyataan yang bertentangan dengan nubuat Injil yang menyatakan bahwa bumi diam, matahari lah yang bergerak mengelilingi bumi.

Melihat fakta sejarah, teori ini sudah lahir sejak zaman Yunani Kuno, jauh sebelum Galileo dilalirkan. Mereka menyembah satu dewa yang bernama Helios, yang artinya Dewa Matahari. Bukan tak mungkin teori ini lahir karena matahari yang mereka sembah, derajat dewa lebih tinggi, maka matahari yang ‘dikelilingi’ bumi bukan sebaliknya.

Apa Hubungan Teori Geosentris dengan Teori Flat Earth?


Sebagian orang yang tidak sependapat dengan Teori Bumi Datar mengatakan bahwa Teori Geosentris dijadikan acuan, dalil, atau hujjah yang menguatkan keberadaan teori flat earth. Apakah benar begitu?

Dalam Teori Geosentrik, saya belum menemukan pernyataan tentang bentuk bumi itu sendiri. Ahli astronomi, ilmuwan, atau filusuf hanya mengungkapkan bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan benda langit di dalamnya berputar mengelilingi bumi.

Catatan penting: “Baik bumi berbentuk bola ataupun datar, Teori Geosentrik sangat logis dibanding Teori Heliosentris.”

Sangat logis karena dalam Teori Heliosentris banya ditemukan kelemahan yang tidak masuk ke dalam akal sehat saya, sebagai orang yang meyakini apa yang diajarkan agama dan saya sebagai pendukung teori bumi datar.

Kelemahan Teori Heliosentris


Pertama, jika bumi ini berputar pada porosnya dengan kecepatan –katanya – sampai 1700-1900km/jam mengapa kita, manusia tidak terlempar ke luar angkasa?

Tidak ada logika ilmiah yang bisa menjawab, kecuali mengandai-andai seperti kita naik kendaraan dengan kecepatan cepat seperti kereta api maupun pesawat terbang. Saat kita naik pesawat, kita tidak merasakan bergerak karena pesawat terbang dengan ‘kecepatan stabil’ kecuali saat take off atau landing dimana kecepatan berkurang barulah kita bisa merasakan pergerakannya.

Menurutmu logis nggak sih? Ada yang bisa bantu jelaskan kenapa kita tidak merasakan pergerakan pesawat yang begitu cepat 800-900km/jam itu? Sesekali jika naik pesawat, coba anda duduk diluar pesawat, mengikatkan badan anda di badan, sayap, atau ekor pesawat saya yakin anda bisa merasakan kecepatannya. Jadi analogi naik pesawat tak masuk akal.

Kemudian jika ada pernyataan bantahan, “kita tak merasakan kecepatan pesawat bergerak karena terhalang dinding badan pesawat itu sendiri.” Oke. Bagaimana jika dianalogikan ke bumi ini? Jelas, yang berputar/bergerak itu dindingnya bukan bumi itu sendiri. Buminya tetap diam, sebagaimana anda bisa duduk santai tertidur di dalam pesawat bukan?? Mari kita cari alasan yang lebih ilmiah.

Kedua, masih berhubungan dengan pesawat. Jika bumi berputar pada porosnya dari arah barat ke timur (agar lebih mudah, bayangkan kutub utara adalah kepala anda, maka bumi berputar dari kanan ke kiri kemana pun anda menghadap), maka seharusnya perjalanan pesawat dari timur ke barat lebih cepat. Karena dibantu dengan kondisi bumi yang berputar.

Misal saat anda berangkat umroh dari Jakarta ke Jeddah dengan menempuh perjalanan selama 9 jam, saat hendak pulang ke Indonesia secara logis harusnya perjalanan lebih lambat karena pesawat ‘mengejar’ bumi yang berputar.

Bumi berputar pada porosnya katakanlah rata-rata 1800km/jam, sedangkan pesawat terbang dengan kecepatan 800km/jam, jarak Jakarta-Jeddah 8000km. Perjalanan TANPA rotasi bumi adalah 10 jam, sedangkan jika ditambah rotasi maka perjalanan hanya butuh waktu 5 jam 36 menit dengan asumsi rotasi bumi untuk 8000km adalah 4,4 jam. Faktanya???

Ketiga, jika bumi tidak berrotasi maka tidak akan terjadi siang dan malam. Hmmm…agak sungsang pikiran saya mendengarnya. Siang dan malam itu terjadi karena adanya sinar matahari bukan? Yes. Kalau tidak ada matahari, apa bisa ada siang dan malam meskipun bumi berputar pada porosnya?

Mengapa ada siang dan malam jika buminya diam, sedangkan matahari berputar mengelilingi galaksi antara 225-250 juta tahun sekali? Nah maka itulah yang kami yakini, matahari tidak berputar mengeliling galaksi, itu perkiraan ilmuwan modern saja, tapi matahari berputar mengelilingi bumi dimana bumi sebagai pusat alam semesta.

Semua sains modern itu perkiraan hitungan angka saja, karena tak ada satupun manusia yang bisa melihat dan menentukannya. Dan kita masih percaya dengan perkiraan???

Maka untuk permasalahan ini, kita mesti kembali kepada keyakinan agama kita masing-masing. Kenapa? Karena kita tak bisa mengukur itu dengan pasti, iya kan? Tuhan Yang Maha Kuasa sudah memberikan tanda-tanda dalam firman yang disampaikan utusanNya. Dan yang perlu anda ketahui adalah para saintis/ilmuwan/astronomer modern itu ‘kebanyakan’ menafikan keberadaan Tuhan.

Tentang bumi diam tidak bergerak dan matahari berrotasi serta berevolusi mengelilingi bumi dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baaz, mufti Saudi Arabia tahun 80-an.

Al Adillah An Naqliyyah Wa Al Hissiyyah


Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz atau yang dikenal Syaikh Ibnu Baaz berpendapat bahwa teori bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari diam adalah teori batil karena Al Quran sudah menjelaskan masalah ini secara jelas dan tegas. 

Hal ini dikuatkan oleh hadits Nabi, ijma’ ulama dan kesaksian ahli astronomi Islam bahwa matahari berjalan di garis edarnya, sedangkan bumi tetap diam tak bergerak. Bumi dihamparkan oleh Allah dan menjadikan gunung sebagai pasaknya.

Allah swt berfirman:

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَيٍّ أَفَلاَ يُؤْمِنُونَ {30} وَجَعَلْنَا فِي اْلأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلاً لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ {31} وَجَعَلْنَا السَّمَآءَ سَقْفًا مَّحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ ءَايَاتِهَا مُعْرِضُونَ {32} وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?(30) Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (31) Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (32) Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (Q.S. Al Anbiyaa: 30-33)

Allah swt berfirman:

اللهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ يُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ {2} وَهُوَ الَّذِي مَدَّ اْلأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي الَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya:
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q.S. Ar Ra’d: 2-3)

Allah swt berfirman:

يُولِجُ الَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ

Artinya:
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S. Faathir: 13)

Firman Allah swt:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ {38} وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ {39} لاَالشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَآ أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلاَالَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Artinya:
dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (38) Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua (39) Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q. S. Yaasiin: 38-40)

Firman Allah swt:

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى أَلاَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

Artinya:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Az Zumar: 5)

Firman Allah swt:

وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُ

Artinya:
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.... (Q.S. Al Kahfi: 17)

Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa matahari beredar/berputar/mengelilingi bumi dan bumi diam tidak bergerak. Hal ini dijelaskan pula oleh para ulama tafsir seperti Ibnu Jarir, Al Bughowi, Ibnu Katsir, Al Qurthubi, dan lain-lain.

Menurut Ibnu Baaz, seseorang yang bertolak belakang dengan meyakini bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari diam maka dia telah mendustakan Al Quran dan Allah yang menyebabkan kesesatan dan kekafiran.

Bahkan dengan tegas Ibnu Baaz menyatakan kekafiran orang yang bertentangan denga Al Quran, yaitu meyakini bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari diam.

Jika bumi berputar maka negeri-negeri, gunung, pohon, sungai, dan lautan tidak mungkin ada di bumi sebagaimana ada di sekitar kita. Jika seseorang menggunakan dalil yang mendukung teori bumi berputar sebagaimana ayat di bawah ini, maka hukumnya syubhat zaifah yang menandakan kebodohan.

وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَىْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

Artinya:
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. An Naml: 88)

Ayat di atas menjelaskan tentang hari kiamat sesuai ayat sebelumnya.

وَيَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي اْلأَرْضِ إِلاَّ مَن شَآءَ اللهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

Artinya:
Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (Q. S. An Naml: 87)

Menganalogikan gunung yang berjalan dalam informasi hari kiamat dengan berjalannya bumi adalah bukti pendapat tanpa akal sehat atau taklid buta terhadap teori yang bertentangan dengan Al Quran.

Dalam memahami Al Quran, menurut Ibnu Baaz, tidak bisa dipahami satu ayat tunggal saja melainkan harus melihat ke ayat sebelum dan sesudahnya untuk menemukan konteks informasi apa yang ada di dalam ayat tersebut.

Begitu pula dengan memahami ayat yang berkaitan seperti pengulangan makna, kata, atau ayat yang terpisah-pisah dalam 114 surat dalam Al Quran. Fungsi pengulangan sendiri sudah saya jelaskan di tulisan Bumi Itu Datar.

Imam Abu Ja’far bin Jarir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa matahari berjalan di langit dan ditundukkan untuk mahkhluk Allah di bumi, memberikan cahaya yang bermanfaat untuk manusia, dan sebagai bahan pelajaran (ilmu pengetahuan) untuk orang-orang yang berpikir.

Sebelum ada gunung, kondisi bumi tidak stabil dan selalu bergerak permukaannya (ke kanan dan ke kiri). Kemudian Allah menancapkan gunung untuk memperberat (memperkuat) bumi sehingga tidak bergoyang. Sedikit terbayang secara visual bagaimana sebuah benda bisa kuat karena ditancapkan sebuah paku. Mari bereksperimen.

Dari hadits Anas bin Malik ra., Rasulullah saw bersabda:

لمّا خلق الله الأرض جعلت تميد فخلق الجبال عليها فاستقرت فعجبت الملائكة من شدة الجبال.

فقالوا: يا رب هل من خلقك شيئ أشد من الجبال؟ قال: نعم، الحديد.

قالوا: يا رب هل من خلقك شيئ أشد من الحديد؟ قال: نعم، النار.

قالوا: يا رب فهل من خلقك شيئ أشد من النار؟ قال: نعم، الريح.

قالوا: يا رب فهل من خلقك شيئ أشد من الريح؟ قال: نعم، ابن آدم يتصدق صدقة بيمينه يخفيها عن شماله

Artinya:
Saat bumi diciptakan Allah, saat itu bumi tidak stabil (bergoyang), maka diciptakanlah gunung di atasnya maka kuatlah bumi karenanya. Malaikat takjub dengan kekuatan gunung kemudian mereka bertanya: Ya Rabb, apakah ada makhlukmu yang lebih kuat dari gunung?, Allah berkata: “Ada, Besi”. Malaikat berkata: “Apakah ada makhlukmu yang lebih kuat dari besi?”, Allah berkata: “Ada, Api”. Malaikat berkata: “Apakah ada makhlukmu yang lebih kuat dari api?”, Allah berkata: “Ada, Angin”. Malaikat berkata: “Apakah ada makhlukmu yang lebih kuat dari angin?”, Allah berkata: “Ada, anak Adam yang bershadaqah dengan tangan kanan dan menyembunyikannya dari tangan kirinya.”

Keyakinan bumi diam tak berputar juga dianut oleh Ahli Kitab. Jika kembali pada tulisan sebelumnya, (Geosentris dan Heliosentris) kaum Kristen mempercayai bahwa bumi diam tak berputar sedangkan matahari bergerak memutari bumi.

Pendapat Ibnu Baaz sempat ditentang oleh Syaikh Muhammad Mahmud As Shawwaf khususnya tentang cap sesat dan kafir kepada mereka yang meyakini bumi berputar dan matahari diam.

Ibnu Baaz pun berasumsi bahwa ia tidak mengkafirkan orang yang berkata, “Matahari berputar pada porosnya, tetapi kafir jika meyakini matahari diam tidak bergerak mengelilingi bumi dengan dalil di bawah ini”.

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا

Artinya:
dan matahari berjalan ditempat peredarannya...(Q.S. Yaasiin: 38)

Menggunakan ayat di atas sebagai dalil diamnya matahari menafikan ayat lainnya yaitu:

الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى

Artinya:
... dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan...(Q.S. Az Zumar: 5)

Penggunaan kata يجري tidak bisa digunakan sebagai ‘berputar pada porosnya’. Sedangkan asal katanya (الجري) dalam bahasa Arab mutlak berarti سير (sayyaro: bergerak pindah tempat). Bukannya Allah sendiri yang mengajarkan doa sebelum perjalanan seperti ayat di bawah ini?

وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللهِ مَجْرَاهَاوَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ {41} وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ

Artinya:
Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (41) Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung...(42) (Q.S. Huud: 41-42)

Sebagian orang memaknai kata مستقر sebagai diamnya matahari padahal bukan. Kata ini, menurut ulama, memiliki dua makna:

  1. مستقر dimaknai tempatnya matahari. Matahari berada di langit (di bawah ‘Arsy) ditempat dan jalur yang sudah ditentukan. Ibnu Katsir memaknai kata ini seperti jalur yang berbentuk spiral, ada waktu dimana matahari berada di atas pada musim panas dan matahari di bawah pada musim dingin. Penjelasan ini sangat logis jika bumi berbentuk datar, coba bayangkan!
  2. مستقر dimaknai usia berputarnya matahari. Ada waktu matahari akan berhenti berputar dan waktu itu adalah hari kiamat.

Selebihnya, hanyalah Allah yang Maha Mengetahui tanda-tanda yang telah Dia berikan kepada umat manusia.

Penentang teori bumi datar di sebuah video di Youtube (Bumi Datar atau Bulat, Bagaimana Pendapat Al Quran) hanya membahas kata datar dengan kata بارزة saja tidak menganalisa bahasa lain seperti yang saya sebutkan dalam tulisan Bumi Itu Datar.

Kemudian dia menjelaskan bahwa Allah menjelaskan ‘makna’ datar dengan kata lain dalam Al Quran seperti قصورا, قاعا, ربوة, قبع.

Dalam kamus Mu’jam, kata قصورا berarti antonim dari طول (panjang) konteks dalam Surat Al A’raf ayat 74 mengungkapkan ada sebuah tanah rata yang sempit di antar gunung-gunung semacam lembah yang digunakan oleh kaum Tsamud untuk membuat istana dan mereka memahat gunung untuk dijadikan rumah-rumah.

Kata قاعا berarti لانبات ولا بناء yang menunjukkan sebuah daratan yang tidak ada bangunan dan pepohonan yang mendeskripsikan bumi pada hari kiamat. Konteks dalam Surat Thaaha ayat 106 adalah bahwa gunung-gunung di hancurkan sehingga tak ada lagi daratan yang menjulang, permukaan bumi semuanya rata.

Kata ربوة berarti ما إرتفع من الأرض (suatu daerah tinggi) artinya sebuah bukit, bukan diartikan datar sebagaimana terjemahan surat Al Mukminuun ayat 50.

Kata بقيعة berarti dataran rendah atau lembah. Dalam konteks Surat An Nuur ayat 39 bahwa orang kafir seolah melihat amal mereka seperti melihat air di dataran yang luas.

Dataran rendah jelas beda dengan maksud bumi datar. Dataran rendah itu suatu tempat yang permukaan buminya di bawah ketinggian gunung, tidak berarti rata tak bergelombang.

Kata-kata terjemahan yang dimaknai datar itu menggambarkan suatu daerah di permukaan bumi, bukan membicarakan bentuk bumi secara keseluruhan. Lihat konteks ayat-ayatnya.

Pembuat video juga amat meyakini bumi mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya, teori yang disajikannya pun berasal dari barat. Apalagi kalau bukan teori Heliosentris, yang menurut pendapat saya teori ini menggiring pikiran kita selama berabad-abad untuk menyembah matahari. Naudzubillah.

Wallaahu A’lam.

Sumber bacaan:
Al Adillah An Naqliyyah Wa Al Hissiyah
https://www.almaany.com
Al Munawwir


Sumber lain:
https://www.youtube.com

Post a Comment

0 Comments