Selamat datang kembali di blog saya. Lama tak menulis artikel yang biasa digunakan sebagai mediator segala bentuk keresahan untuk dicurahkan. Hampir tak ada waktu untuk me time dengan menuliskan yang ada dalam pikiran dan menyalurkan hobi fotografi.
Namun saya bertekad untuk mengeluarkan apa yang saya pikirkan dan mudah-mudahan bisa konsisten terus menulis hingga sampai saatnya saya katakan selesai.
Yang menjadi pemikiran saat ini apalagi kalau bukan perihal bahasan BUMI DATAR. Ya bumi datar atau flat earth. Jika kamu termasuk orang yang membantah orang-orang seperti saya - yang meyakini bahwa bumi berbentuk datar, maka bacalah hingga semua seri LOGIKA BUMI DATAR ini saya katakan rampung.
Saya menggunakan majas - jika kamu pernah belajar bahasa - pras pro toto, menggunakan kalimat seolah LOGIKA ini dimiliki semua penganut bumi datar, padahal yang dimaksud hanyalah logika saya sendiri. Bisa jadi yang ada di pikiran saya juga bertentangan dengan pemahaman penganut bumi datar yang lain, baik sebagian maupun keseluruhan.
Baiklah saya akan memulainya, meskipun saya bukan kategori orang yang taat beragama, saya akan mencoba membawa semua LOGIKA saya dengan KEYAKINAN saya dalam beragama. Jika pun ada yang salah, silakan ingatkan saya dengan cara yang elegan. Lebih bagus jika kamu punya dalil dalam agamamu sendiri tentang logika-logika yang akan saya sampaikan.
Logika 1: Tidak Menambah dan Mengurangi Iman?
Hampir semua ulama/ustadz yang pernah saya lihat dan terima informasinya baik tulisan maupun rekaman tidak ada perbedaan, sepakat walau saya tak yakin benar-benar sepakat.
Ulama celana cingkrang, ulama sarungan, ulama kopiah hitam, ulama sorban, mengutarakan hal yang sama dan meyakini bahwa BUMI ITU BULAT.
NU dan Muhammadiyah tak ada perbedaan dalam hal ini, beda urusan masalah penetapan Ramadan dan lebaran.
Ulama 01 dan 02 tak ada perbedaan pula dalam hal ini, beda urusan masalah dukung-dukungan, sampe penjara-penjaraan. Duh.
Saya agak heran, kenapa tak ada sedikit pun perbedaan? Bahkan semuanya kompak menjawab, "Mau percaya bumi bulat atau datar, takkan mengurangi dan menambah keimanan?"
Benarkah?
Bukankah keimanan bisa bertambah karena bertambahnya ilmu dan pengetahuan? Bukan kah keimanan bisa bertambah karena olah pikir akal manusia yang menjadi pembeda manusia dan makhluk lainnya? Apakah memikirkan bentuk bumi - tempat tinggal kita - ini tidak berguna?
Jangan-jangan saya ragu, apakah KARENA KITA TIDAK MAMPU melihat bumi menyeluruh dengan kepala kita sendiri (bukan dengan lensa kamera) akhirnya percaya begitu saja dengan informasi dari sekelompok orang? Hmmmm
Karena ada eliminasi nilai-nilai kebenaran. Informasi yang disampaikan berulang secara konstan, terstruktur, dan dalam jangka waktu lama akan dianggap suatu kebenaran walau pun informasinya tidak benar (atau belum tentu benar).
Jika saya bertanya, "Apakah kamu tahu buah jeruk?"
Kamu pasti jawab "tahu". Dan kamu bisa deskripsikan jeruk itu secara detail, dari warnanya, rasanya, bentuknya, jenisnya, tempat belinya, dan segala hal yang berkaitan dengannya. Kenapa kita bisa tahu buah jeruk? Karena kita MAMPU untuk mengetahuinya langsung, dengan mata sendiri, tangan sendiri, dan hidung serta lidah sendiri. Tak perlu saya jelaskan panjang lebar bagaimana cara mengetahui buah jeruk.
Bayangkan jika kita tak mampu untuk mengetahui tentang jeruk. Misal, mata kita buta, apakah mungkin tahu warna jeruk?
Mungkin sekali, berdasarkan informasi dari orang lain. Apakah kita bisa memenangkan perdebatan tentang warna jeruk saat mata kita buta dan orang lain itu memiliki penglihatan normal tapi dia berbohong? Bisakah kita memastikan dia berkata jujur?
Bisa, kalau semua orang normal sama-sama pernah memiliki pengetahuan empirik tentang jeruk. Tapi, apakah semua orang melihat langsung bumi ini dari luar angkasa dan berkata BUMI ITU BULAT?
TIDAK!!!!
Hanya sebagian orang saja, sebagian kecil. Bagaimana cara memastikan mereka berkata jujur? Cara, disumpah. Ya, kalau memang sudah mentok ya sumpah atas nama Tuhan kita. Dalam Islam bersumpah sah jika muslim hanya dengan nama Allah.
Apakah mereka yang konon melihat bumi secara langsung itu percaya Allah?
Kembali lagi ke bahasan bumi datar yang tidak menambah atau mengurangi iman.
(Khusus Muslim)
Memang tak satupun dalil baik ayat-ayat Alquran dan hadits yang merinci bentuk bumi yang sangat kita cintai ini. Tapi, ada cuku banyak dalil Alquran yang jadi clue, bahwa sebenarnya bentuk BUMI ITU DATAR.
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Artinya:
"dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Yaasiin: 38)
Clue dalam ayat ini adalah bahwa matahari beredar. Pemahaman sempitnya, matahari berputar, ya pastinya mengelilingi bumi lah. Kenapa mengelilingi bumi? Karena Logika Bumi Datar: 3. Bumi Lebih Mulia yang akan dijelaskan di post berikutnya.
Banyak ahli tafsir tapi tidak semua, memaknai bahwa matahari beredar atau berputar layaknya memakai imamah (sorban yang dipasang di kepala). Coba bayangkan dulu.
Kalau matahari ibarat imamah, berarti kepala sebagai representasi bumi diam tak bergerak. Mana mungkin pakai imamah tapi kepalanya sambil geleng-geleng, kan nggak logis. Sama halnya kelogisan bahasa Alquran, bahwa matahari (termasuk bulan) berputar mengelilingi bumi yang diam.
Makin tak sependapat jika analogi memakai imamah tapi kesimpulannya bumi bulat karena perputaran matahari berbentuk bulat? Haaah!!? Kesimpulan yang cacat logika.
Baiklah saya takkan lama-lama tidak menyetujui pendapat ulama, soalnya ulama yang merasa dikriminalisasi pun percayanya bumi bulat! Wkk intermezo, nggak ada hubungan apapun dengan bahasan ini.
Dulu, cukup banyak ulama konservatif yang menentang dan menyanggah pendaratan manusia di bulan dengan berbagai alasan. Namun apalah daya jika Firman Tuhan ternyata berkata:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Artinya:
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan." (Arrahman: 33)
Saya sangat setuju dengan ayat ini, jika ada KEKUATAN maka kamu akan mampu. Pertanyaannya, benarkah mansia sudah memiliki kemampuan untuk menembus penjuru langit dan bumi?
Tak usah jauh-jauh jutaan kilometer coba lintasi benua Antartika yang tidak sampai 10 ribu kilometer diameternya sanggup? Bukankah penerbangan pesawat bisa menempuh ribuan bahkan puluhan ribu kilometer? Kenapa itu tidak dilakukan? Kenapa harus melintasi Antartika? Karena belum pernah ada satu orang pun dalam catatan sejarah dunia yang mampu terbang dari Australia bagian selatan lurus memotong Antartika dan tiba di Amerika Selatan.
Karena manusia tak mampu melintasi penjuru bumi dan langit, maka yang harua dilakukan adalah cuku dengan meyakini. Jika logika sudah tumpul, maka keimanan dalam hati lah jawabannya.
Jika saya boleh berprasangka buruk, bisa saja orang 'kafir' sana menganggap mereka memiliki kemampuan dan kekuatan untuk menjelajahi bumi dan langit, padahal kenyataannya tidak! Mereka hanya ingin terlihat lebih berkuasa dan mau tidak mau kamu harus ikut mereka. Begitu bukan?
Kafir tanda kutip berarti majas.
Kembali ke bahasan. Saya sendiri, sesuai kemampuan logika saya dengan didasari informasi ajaran agama dalam Alquran meyakini bahwa yang tersurat dalam kitab suci itu benar adanya. Silakan runtuk kembali, antara matahari berputar dan seterusnya.
Meyakini isi kitab suci bukankah sebagian dari iman? Bukankah salah satu rukun iman itu mengimani kitab-kitab Allah? Dan Alquran kitab penyempurna, dimana kitab yang sebelumnya diturunkan menjadi tak berlaku.
Apakah benar meyakini firman Tuhan tak menambah keimanan? Akhirnya, sebagian besar orang tak peduli, masa bodo, pasrah, tak mau tahu, tak mau berpikir yang penting bisa hidup anak isteri bisa makan.
Silakan pikirkan sendiri dengan LOGIKA dan KEYAKINAN.
Salam.
0 Comments