![]() |
img src: uacrisis.org |
Waktu pertama muncul, Corona dianalogikan penyakit yang diceritakan dalam sebuah hadits dimana ada suatu kaum yang ingkar pada Allah akan mati secara mendadak dan bersamaan. Penyakit itu keluar dari tenggorokan mereka, cocok sekali dengan Covid-19 yang gejalanya di organ tubuh pernafasan, tenggorokan. Batuk, bersin dan tenggorokan kering adalah gejalanya.
Cocoklogi yang mengingatkan kita pada kisah Ya'juj Ma'juj yang akan keluar dan merusak bumi serta penghuninya. Semakin meyakinkan karena konon Ya'juj Ma'juj ini keluar dari dinding yang menutupi celah antara dua gunung. Dikabarkan bahwa dinding itu adalah tembok besar China yang panjangnya ribuan kilometer. Artinya cocoklogi mengasumsikan bahwa Ya'juj Ma'juj ini adalah sebuah kaum/bangsa dari dataran China.
Entah cukup aneh, negara China seperti sangat dibenci oleh manusia yang bisa membaca bahasa tulisan ini. Padahal bukankah ada 'hadits', "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China"? Betulkah kita harus belajar dari China? Nanti di akhir tulisan akan saya ulas ulang.
Cocoklogi kedua terkait Kota Wuhan, yang disebut-sebut mirip dengan kata wahn yang diajarkan dari kitab suci. Kata wahn sendiri artinya 'takut mati' dimana dari kota inilah seisi dunia akan digemparkan dengan mindset takut mati akan suatu wabah virus. Wahn juga bisa diartikan sebagai kondisi 'susah' atau 'lemah', analogi bahwa dari kota inilah semua bangsa di dunia akan kesusahan menghadapi Covid-19 dan hampir tak berdaya membendungnya.
Cocoklogi ketiga adalah kata Corona itu sendiri yang disandingkan denga kata dari bahasa Arab qarana (baca: qorona). Apalagi sempat viral cocoklogi yang diambil dari sebuah buku metode cepat membaca Al Quran (Iqro) saat virus ini mulai masuk ke Indonesia. Katanya, "Corona diciptakan pada zaman pemimpin pembohong". Padahal dari sisi ilmu bahasa cocoklogi ini sangat lucu, qarana dalam bahasa Arab bisa berarti 'kita telah membaca'. Whahaha
Boleh juga sih, dan ini yang paling gokil menurut saya. Corona menyuruh kita membaca, bukan membaca tulisan tapi membaca situasi, kondisi, perilaku orang seorang, kemampuan pemimpin, dan memaksa kita berpikir kritis. Kenapa semuanya 'tunduk' pada Corona? Ada apa?
Tambah lagi nih, katanya Corona sudah tertulis dalam kitab suci dengan kata qarn. Silakan cari sendiri surat surat dan ayatnya. Inti dalam ayat itu bahwa Tuhan menyuruh kita diam di rumah kita masing-masing. Bekerja, beribadah, dan delajar di rumah. Jadi benarlah wahyu Tuhan itu bisa memprediksi kondisi manusia saat ini. Cocoklogi sempurna, coba cek yang terjadi sekarang (31 Maret 2020). Beberapa daerah sudah membatasi akses, kantor-kantor mulai menerapkan work from home, sekolah a.k.a belajar di rumah, bahkan shalat berjamaah di mesjid (khususnya shalat jum'at) ditiadakan.
Lanjut, cocoklogi ketiga tidak harfiyah lagi, tapi lebih tinggi tahapan pola pikirnya dimana Corona alias Covid-19 ini adalah produk/campaign illuminati. Yang belum tahu, Illuminati adalah sekelompok orang dalam lingkaran sosial rahasia yang bisa mengendalikan sistem kehidupan dunia. Dan dengan kendali inilah akan lahir tatanan hidup baru setelah antichrist datang dalam judul The New World Order. Antichrist itu adalah Dajjal.
Inilah cocoklogi paling serius dan menarik untuk dibahas secara mendalam, sayangnya sedikit sekali dari kita yang berminat untuk berusaha berpikir kritis, penasaran, kepo, dan ingin tahu kebenaran yang sesungguhnya.
Cocoklogi yang ketiga inilah yang melahirkan judul "Semua Tunduk pada Corona".
Jangan dulu terlalu jauh menyangkutpautkan Illuminati dan kita mulai, pertama; Corona sengaja diciptakan untuk membuat dunia kacau dalam berbagai bidang.
1. Populasi Manusia
Konon katanya Corona diciptakan untuk mengurangi jumlah populasi manusia di dunia dengan cepat. Tujuannya entah apakah untik mengurangi kekuatan bangsa yang ingin dikuasai atau idealisme kelestarian bumi semata.
2. Penjajahan Ekonomi
Ketika wabah ini trending topic di seluruh dunia, harga minyak mentah dunia turun drastis, tak tak laku. Investor tak berani mengambil spekulan dalam kondisi tak tentu. Saat harga minyak turun, kabarnya China sendiri yang membeli minyak-minyak dari Timur Tengah.
Bukan hanya industri perminyakan, di industri kesehatan dan industri lainnya juga sama. Alat Perlindungan Diri (APD), Rapid Test, dan alat kesehatan untuk kebutuhan penanganan wabah ini diimpor darimana? China? Bukan ah, Swiss?
3. Pengaruh Politik Internasional
Negara-negara yang bergantung pada lembaga swasta internasional semacam WHO, PBB, Bank Dunia, IMF, dan dan lain sebagainya akan menjerit karena tak mampu menangani wabah ini dalam ketersediaan keuangan negara. Untungnya, Indonesia sudah menjadi negara 'MAJU' sehingga tak perlu bantuan negaranlain dan lembaga internasional.
Wuhan yang sudah mulai pulih dan dan kembali dibuka membuka mata masyarakat pemimpin negara-negara di dunia bahwa China berhasil menanggulangi wabah ini. Sehingga nama baik negara ini melambung sehingga banyak yang mendukung China khususnya jika masuk ke 'peperangan bisinis' dengan Amerika.
4. Melemahkan Penganut Agama
Penyakit utama yang disebabkan virus Covid-19 adalah ketakutan, rasa takut, baik terhadap virusnya atau penyakitnya bahkan pada kematian. Cocoklogi terhadap ajaran agama ternyata tak mempengaruhi penambahan keimanan seorang yang beragama.
Kita lebih percaya dan yakin terhadap sains dan dan ilmu pengetahuan. Apa tak boleh? Jelas boleh lah. Saya sendiri berprinsip "Sains bisa saja salah, tapi tak mungkin bohong. Tapi saintist (manusianya) bisa saja berbohong tentang sains yang salah dikatakan sebagai sebuah kebenaran.
Dengan ada rasa takut inilah dan mungkin benar seacara medis serta ada dalilnya akhirnya kegiatan agama apapun itu yang dilakukan bersama/berjamaah terpaksa ditiadakan. Saya sendiri amat gembira saat 2 minggu kemarin hari Jum'at siang tidak perlu melakukan shalat Jum'at. Jokes-jokes shalat Jum'at libur akhirnya terwujud. Entah kamu, kalau saya beribadah di rumah serasa makin melemahkan iman yah? Apa saya terlalu fasiq gitu?
Oke mari kita kembali lagi bahwa semua tunduk pada Corona, saya takkan menjelaskan definisnya. Mari kita lihat contoh yang kita lihat dalam kehidupan sekitar kita, yaitu:
a. 'Liburan' Corona
Instruksi pemerintah melalui kementrian pendidikan di beberapa daerah memaksa siswa belajar dari rumah. Tak tanggung-tanggung di Kabupaten tempat saya tinggal, 'liburan' Corona-nya sampai awal bulan Juni. Waaw!
b. Work From Home
Perusahaan-perusahaan yang berkegiatan bisnis di daerah zona merah mengatur karyawan-karyawannya agar mengikuti arahan management. Ada yang jam kerjanya dikurangi dengan split hours, yaitu sehari masuk sehari di rumah. Ada juga yang menerapkan shifting jam kerja sampai merapkan kebijakan bekerja dari rumah.
Yang kasihan itu mereka yang menggunakan transportasi umum terpaksa harus rela dirumahkan sementara, entah digaji atau tidak.
c. Stay at Home
Macet adalah masalah utama di Jakarta, setelah banjir. Dan uniknya hanya bisa 'diatasi' oleh Corona. Sejak semua kebijakan dilaksanakan, Jakarta hampir tiap hari lengang bebas hambatan. Tak perlu jadi presiden atau pindah ibukota kan? Jokes!
d. UN Dihapus
Belum berlaku peraturan Mendikbud terkait penghapusan UN, Corona sudah melakukannya lebih dulu. Saya sendiri sangat setuju UN dihapus karena tak berguna. Menguji pengetahuan umum yang bisa didapat dengan mudah di jaman internet. Menguji materi teori yang takkan pernah dipraktekkan dalam keringat bercucuran mencari uang. UN tak berguna.
d. sudah segitu dulu....capek ngetik,silakan komen!
0 Comments