Baduy, Islam, dan Slam Sunda Wiwitan

Baduy, Islam, dan Slam Sunda Wiwitan

Dari beberapa tulisan tentang agama Suku Baduy yang saya baca, penjabaran paling lengkap ada di tulisan ilmiah yang dimuat di situs Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia yaitu Indonesia.go.id. Oleh karena itu, sebagian besar tulisan ini mengutip langsung dari situs milik pemerintah tersebut. Saya tambahkan juga beberapa sumber yaitu Wikipedia, indonesia.ucanews.com, voa-islam.com, dan kompas.com.

Keunikan Suku Baduy adalah keteguhannya dalam memegang dan melakukan adat-istiadat dari leluhur. Adat-istiadat ini tercermin dalam produk budaya khas Suku Baduy yang saya perkenalkan melalui jualan online milik saya. Saya juga pernah menulis ringkasan tentang Suku Baduy melalui artikel Semua Tentang Suku Baduy, Lebak, Banten Indonesia.

Baca: Kenali Baduy Sebelum Berkunjung Ke Sana

Agama Suku Baduy

Agama warga Suku Baduy adalah agama Sunda Wiwitan. Secara harfiyah Sunda Wiwitan berarti "Sunda mula-mula (red: awal, permulaan, pertama)". Sunda Wiwitan merupakan perubahan nama agama yang dianut oleh Wangsa Padjajaran (bangsa tanah Padjajaran, Sunda).

Penamaan Sunda Wiwitan sebagai agama Suku Baduy berawal dari ritual pemujaan dimana Arca Domas disimbolkan sebagai leluhur mereka. Arca Domas merupakan tempat suci yang dirahasiakan keberadaannya oleh orang Baduy.

Baca: Baduy Sebetulnya Sudah Islam....

Sekilas Tentang Arca Domas

Mengutip dari situs aksara.com, Arca Domas digambarkan menyerupai bentuk manusia yang sedang bertapa. Arca ini terbuat dari batu andesit dengan pengerjaan dan bentuk sangat sederhana. Arca Domas terletak di tengah hutan larangan dan tak jauh dari mata air hulu Sungai Ciujung.

Kompleks Arca Domas ini juga dikenal dengan sebutan petak 13, karena undak-undakan punden tersebut terdiri dari petak-petak yang berjumlah 13. Tiap petak dibatasi oleh batu kali dengan ukuran sisi-sisinya berkisar 3-5 meter.

Dari ke-13 petak tersebut, hanya ada 3 petak yang ada isinya, yakni petak pertama berisi 8 buah menhir (makam) berorientasi utara-selatan, petak kedua berisi 5 buah menhir yang juga berorientasi sama, dan petak ketiga terdapat sebuah batu lumpang.

Baca: Padi Ratusan Tahun di Leuit, Bukti Ketahanan Pangan Terbaik Baduy

Agama Sunda Wiwitan

Wikipedia menyebutkan bahwa Sunda Wiwitan adalah agama atau kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur (animisme dan dinamisme).

Penganut ajaran Sunda Wiwitan ditemukan di beberapa desa di Jawa Barat dan Banten, yaitu:

  • Desa Kanekes (Suku Baduy), Lebak, Banten.
  • Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Cisolok Sukabumi, Jawa Barat.
  • Kampung Naga, Garut, Jawa Barat.
  • Cirebon, Jawa Barat.
  • Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.

Isi ajaran Sunda Wiwitan adalah ajaran keagamaan dan tuntunan moral, aturan dan pelajaran budi pekerti. Ajaran Sunda W iwitan mengandung 2 prinsip yaitu:

  • Cara Ciri Manusia; yaitu unsur dalam kehidupan manusia seperti welas asih, undak usuk, tatakrama, budi bahasa dan budaya, dan wiwaha yudha naradha.
  • Cara Ciri Bangsa; yaitu unsur pembeda manusia seperti rupa, adat, bahasa, aksara, dan budaya.

Dasar ajaran masyarakat Baduy dalam Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yakni Sanghyang Kersa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas).

Masyarakat Suku Baduy mempercayai bahwa merawat arwah nenek moyang dapat memberikan kekuatan lahir dan batin kepada keturunannya. Pemujaan terhadap arwah nenek moyang -yang mereka sebut Karuhun adalah hal yang sakral.

Dalam perkembangannya agama Suku Baduy, Sunda Wiwitan, banyak dipengaruhi oleh unsur ajaran agama Hindu dan agama Islam. Jika dalam Islam dikenal 4 jenis alam (rahim, dunia, barzah, dan akhirat), dalam mitologi Suku Baduy ada tiga macam alam, yaitu:

  1. Buana Nyungcung: tempat bersemayam Sang Hyang Kersa, yang letaknya paling atas.
  2. Buana Panca Tengah: tempat berdiam manusia dan makhluk lainnya, letaknya di tengah.
  3. Buana Larang: neraka, letaknya paling bawah.

Tradisi Sunda Wiwitan yang paling sering dikenal adalah kegiatan Seren Taun. Seren Taun adalah perayaan tahunan seperti yang dilakukan oleh Suku Baduy sebagai pengungkapan rasa syukur dengan membayar 'upeti' berupa hasil pertanian kepada Bapak Gede (red: pemerintah).

Baca: Berapa Biaya Traveling Ke Baduy?

Islam dan Syahadatnya Orang Baduy

Orang Baduy meyakini bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama di bumi dan berasal dari Baduy. Oleh karena itulah mereka menganggap diri mereka sebagai hirarki tua. Dunia di luar Baduy adalah turunannya. Seluruh keyakinan itu mereka namakan dengan sebutan "Agama Slam Sunda Wiwitan". Nampaknya keyakinan ini sangat dekat dengan Islam. Penyebutan kata "Slam" hampir mirip dengan kata "Islam".

Kedekatan lainnya adalah adanya pantangan minum arak (khamr) dan memakan daging anjing. Bedanya dalam keyakinan ini tidak dikenal adanya perintah shalat, sebagaimana dalam Islam. Hebatnya, pemahaman Agama Slam Sunda Wiwitan ini hanya dikenalkan melalui lisan, penuturan, dan percontohan.

Inti ajaran itu ditunjukkan dengan adanya kepercayaan pikukuh, yaitu ketentuan adat mutlak dari leluhur dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep kepercayaan pikukuh adalah konsep ketentuan 'tanpa perubahan apa pun'.

Baca: Kesalahan yang Membuat Terusirnya Orang Baduy

Contoh ajaran kepercayaan pikukuh adalah:

“buyut nu dititipkeun ka puun

nagara satelung puluh telu

bangsawan sawidak lima

pancer salawe nagara

gunung teu meunang dilebur

lebak teu meunang dirusak

larangan teu meunang dirempak

buyut teu meunang dirobah

lojor teu meunang dipotong

pendek teu meunang disambung

nu lain kudu dilainkeun

nu ulah kudu diulahkeun

nu enya kudu dienyakeun


Artinya:

“buyut yang dititipkan kepada puun

negara tigapuluhtiga

sungai enampuluhlima

pusat duapuluhlima Negara

gunung tidak bolehdihancurkan

lembah tidak boleh dirusak

larangan tidak boleh dilanggar

buyut tidak boleh diubah

panjang tidak boleh dipotong

pendek tidak boleh disambung

yang bukan harus ditiadakan

yang lain harus dilainkan

yang benar harus dibenarkan”

Baca: Madu Palsu dan Baduy 

Kedekatan lain agama Suku Baduy dengan Islam adalah adalah adanya syahadat dalam ajaran mereka. Persis seperti yang disampaikan seorang warga Kampung Gajeboh, waktu saya berkunjung bulan Ramadhan kemarin (Juni 2017). Dalam kepercayaan adat Baduy, ada dua macam syahadat, dimana untuk warga Baduy Dalam dan Baduy Luar berbeda:

Syahadat Baduy Dalam

“asyhadu syahadat Sunda (asyhadu syahadat Sunda

jaman Allah ngan sorangan Allah hanya satu

kaduanana Gusti Rosul         kedua para Rasul

ka tilu Nabi Muhammad         ketiga Nabi Muhammad

ka opat umat Muhammad keempat umat Muhammad

nu cicing di bumi angaricing yang tinggal di dunia ramai

nu calik di alam keueung”. yang duduk di alam takut

ngacacang di alam mokaha menjelajah di alam nafsu

salamet umat Muhammad” selamat umat Muhammad

Syahadat Baduy Luar

“asyhadu Alla ilaha illalah (Asyhadu Alla ilaha illalah

wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah

isun netepkeun ku ati aku menetapkan dalam hati

yen taya deui Allah di dunya ieu bahwa tiada lagi Tuhan di dunia ini

iwal ti Pangeran Gusti Allah selain Pangeran Gusti Allah

jeung taya deui iwal ti Nabi Muhammad utusan Allah”. dan tiada lagi selain Nabi Muhammad utusan Allah)

Syahadat Baduy digunakan saat akan melangsungkan pernikahan dihadapan Puun atau ketua adat Suku Baduy. Jika diperhatikan redaksi kedua syahadat di atas, jelas terlihat bahwa Orang Baduy sendiri mengakui Allah sebagai Tuhan mereka. Lalu mengapa tata cara ibadah Orang Baduy berbeda dengan umat Islam pada umumnya?

Menurut penganut agama Sunda Wiwitan, dikatakan bahwa “kami mah ngan kabagean syahadatna wungkul, hente kabagean sholat”. Artinya bahwa mereka hanya memperoleh syahadatnya saja, sedangkan rukun-rukun Islam lainnya  termasuk didalamnya berbagai jenis ibadah ritual dalam agama Islam tidak pernah diperoleh.

Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa Sunda Wiwitan sebagai agama Suku Baduy merupakan agama sinkretisme Islam dan Hindu yang dianut oleh masyarakat Baduy. Konsep keimanan pada Tuhan yang Tunggal (Allah) tergambar dari syahadat mereka, namun ritual praktek keagamaannya mirip dengan agama Hindu.

Lihat Foto: Seba Baduy 2019

Hubungan Agama Suku Baduy dan Islam Menurut Perspektif Sejarah.

Ada beberapa versi asal-usul Suku Baduy berdasarkan penelitian sejarah dan pengakuan warga Baduy sendiri. Versi pertama, catatan pertama tahun 1822 mengenai suku Baduy yang ditulis oleh ahli botani bernama C.L. Blumen. Suku Baduy berasal dari Kerajaan Padjajaran yang saat itu dikuasai oleh Prabu Bramaiya Maisatandraman atau yang lebih dikenal dengan gelar Prabu Siliwangi.

Baca: Orang Priyangan Lebih Nge'Baduy' Dibanding Orang Banten

Saat itu Kerajaan Padjajaran hendak melakukan penaklukkan terhadap Kesultanan Banten. Pasukan Pasundan yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun mengalami kekalahan dan melarikan diri ke hutan pedalaman. Mereka menetap dan berkembang biak hingga disebut Suku Baduy. Konon pasukan Prabu Pucuk Umun yang kalah dari Sultan Maulana Hasanuddin inilah yang membawa ajaran Sunda Wiwitan dari Pasundan.

Versi kedua, catatan Van Tricht yang merupakan seorang dokter yang pernah melakukan riset di Baduy pada tahun 1928. Menurutnya, komunitas Baduy bukanlah berasal dari sisa-sia kerajaan Padjajaran yang melarikan diri, melainkan penduduk asli dari daerah tersebut yang mempunyai daya tolak yang kuat terhadap pengaruh luar.

Versi ketiga, pengakuan warga Baduy sang sama dengan pendapat Van Tricht. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah masyarakat terpilih yang diberikan tugas oleh raja (mungkin maksudnya adalah Raja Padjajaran). Saat pasukan Prabu Pucuk Umun kalah, sebagian menyerahkan diri ke Kesultanan Banten dan sebagian lain yang loyal pada rajanya ikut melarikan diri. Dimana bisa saja sebelumnya diajak untuk menganut agama Islam.

Lihat Foto: Seba Baduy 2018

Maka wajar jika warga Baduy mengakui bahwa mereka hanya kebagian syahadatnya saja (sebagai pengakuan kalah perang). Sedangkan ajaran lain adalah ajaran bawaan mereka dari tanah Pasundan.

Post a Comment

0 Comments