Pengobatan Herbal Alami Ala Suku Baduy

Pengobatan Herbal Alami Ala Suku Baduy

Dalam kaitannya dengan masalah kesehatan, setiap masyarakat di muka bumi ini secara budaya mempresepsikan dan mendefinisikannya secara berbeda-beda. Menurut konsep masyarakat Baduy, seseorang dikatakan dalam keadaan sakit adalah apabila sesuatu yang dideritanya itu tidak dapat diobati sendiri dan orang itu tidak dapat beraktivitas sehari-hari seperti biasanya.

Lihat foto: Potret Orang Baduy

Pengobatan Herbal Alami Ala Suku Baduy

Jika seseorang misalnya menderita batuk, gatal-gatal, masuk angin, atau pilek, belumlah dapat dikatakan sakit karena yang bersangkutan dikatakan masih dapat beraktivitas. Selain itu, seseorang dikatakan sakit, apabila keadaan itu dinyatakan oleh paraji (dukun) atau kokolot lembur (tetua kampung). Dari pengertian tentang “sakit” di atas, ada dua hal yang penting, yakni “jika tidak dapat sembuh sendiri” dan “dinyatakan sakit oleh paraji atau kokolot”.

Pernyataan “jika tidak dapat sembuh sendiri” memiliki konsekuensi positif bahwa masyarakat Baduy selalu berusaha untuk mencari dan mengatasi gangguan ketidaknyamanan dalam dirinya. Umumnya mereka memanfaatkan sumber daya alam sekitarnya, khususnya tanaman yang diyakini memiliki khasiat menghilangkan gangguan kesehatannya. Hal positif lainnya adalah masyarakat Baduy berusaha mempertahankan pengetahuan dan kearifan lokalnya untuk pengobatan penyakit.

Sementara itu, dari pernyataan “dinyatakan sakit oleh paraji atau kokolot” juga memiliki konsekuensi positif bahwa masyarakat Baduy masih tetap mempertahankan keberadaan dan fungsi adat dan kelembagaan formalnya, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

Lihat foto: Urang Cibeo Portraits

Istilah-istilah yang berhubungan dengan kesehatan badan di kehidupan Suku Baduy seperti:

  • Nyeri = sakit
  • Panyakit = penyakit
  • Gering = sedang sakit
  • Panyakitan = mengidap/memiliki penyakit
  • Nepaan = orang yang membawa atau menularkan penyakit
  • Jagjag = sehat atau tidak sakit
  • Dukun/Paraji = orang yang membantu menyembuhkan penyakit

Kondisi sakit atau penyakit orang Baduy dikenal dengan banyak nama seperti muriang, nyeri sirah, nyeri teu puguh, nyeri teu cagur, leuleus, asup angin, dan lileur (untuk menyatakan kondisi badan yang panas, sakit kepala, tidak enak badan, kurang sehat, badan lemas, masuk angin, dan batuk-batuk).

Kondisi orang yang sehat juga sering disebut seperti sangat sehat atau segar bugar (jagjag waringkas) dan tangkas atau gesit (jalingeur).

Lihat foto: Seba Baduy 2018

Pengetahuan mengenai penyakit dan pengobatannya bagi masyarakat Baduy termasuk warisan tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sejak kecil sebagian mereka telah diajarkan oleh orang tua mereka yang memiliki pengetahuan memanfaatkan tanaman-tanaman tertentu di sekitarnya untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman-tanaman tersebut banyak dan dapat diperoleh di hutan, sekitar ladang, atau sepanjang jalan menuju hutan atau ladang.

Beberapa contoh tanaman yang biasa digunakan sehari-hari oleh masyarakat Baduy untuk mengobati penyakit ringan adalah:

  • daun jambu biji untuk mengobati sakit perut
  • daun jampang pahit untuk mengobati luka
  • tanaman capeuk untuk menghilangkan pegal-pegal
  • daun harendong untuk mengobati sakit gigi
  • kulit pohon terep untuk menghilangkan gatal-gatal pada kulit.

Dalam khazanah penyembuh tradisional Baduy dikenal adanya paraji (dukun beranak), panghulu (dukun yang khusus mengurus orang meninggal), bengkong jalu (dukun sunat untuk laki-laki), dan bengkong bikang (dukun sunat untuk perempuan). Khususnya paraji, dalam prakteknya dia tidak hanya mengurus proses persalinan, tetapi juga membantu mulai dari sebelum sampai sesudah melahirkan.

Lihat foto: Seba Baduy 2019

Pada proses sebelum melahirkan, misalnya, paraji membantu mengurut perut ibu hamil agar posisi janin baik dan benar, atau memberikan ramuan-ramuan agar kehamilannya baik dan lancar ketika persalinan. Sedangkan untuk sesudah melahirkan, paraji membantu penyembuhan ibu selama masa nifas dan jika ada gangguan selama menyusui, serta membantu perawatan bayi hingga lepas tali pusar.

Paraji juga sering dianggap sebagai dukun semua penyakit, termasuk penyakit karena gangguan makhluk halus. Bantuan yang diberikan biasanya berupa informasi tanaman-tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, serta cara mengolah dan menggunakannya. Selain tetap menggunakan ramuan tanaman dan ramuan lain, pengobatan yang dilakukan oleh penyembuh penyembuh tradisional tersebut juga disertai dengan mantra-mantra atau jampi-jampi tertentu.

Karena masih kuatnya kepercayaan pada pengobatan tradisional, maka pada prakteknya Puskesmas yang sejak tahun 1980-an didirikan di perbatasan kampung Baduy jarang dikunjungi oleh warga Baduy, baik Baduy Luar apalagi Baduy Dalam. Sebagian warga Baduy yang terpaksa memanfaatkan jasa dokter atau Puskesmas adalah orang yang menderita luka robek yang besar atau menderita penyakit berat yang tidak kunjung sembuh oleh penyembuh tradisional. Sering pula terjadi, ada anggapan agar cepat sembuh pengobatan luka (yang dijahit) oleh dokter dikombinasikan dengan tanaman obat tradisional.

Baca: Baduy Sebetulnya Sudah Islam....

Mengenai tanaman berkhasiat obat, sebenarnya sangat banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan. Hanya saja seiring dengan perjalanan waktu dan dinamika dalam perikehidupan masyarakat, maka hanya sekitar 60-an jenis tanaman saja yang masih dikenal dan biasa digunakan oleh masyarakat Baduy sebagai obat.

Dari sekian banyak jenis tanaman itu, tanaman yang paling sering digunakan sebagai obat adalah:

  • Daun aceh (rambutan = Nephelium lappaceum L.)
  • Cecendet (ciplukan = Physalis peruviana L.)
  • Cangkudu (mengkudu = Morinda citrifolia L.)
  • Cikur (kencur = Kaempferia galanga L.)
  • Harendong (senggani = Melastoma malabathicum L.)
  • Jahe (jahe = Zingiber officinale Rosc.)
  • Jukut eurih (alang-alang = Imperata cylindrica (L.) Beauv.)
  • Jukut wisa (jarong = Achyranthes aspera L.)
  • Kadaka (sisik naga = Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.)
  • Laja goah (lengkuas gajah = Alpinia galanga (L.) Willd.)
  • Lame putih (pulai = Alstonia scholaris L.)
  • Lempuyang emprit (lempuyang pahit = Zingiber amaricans)
  • Panglay (bangle = Zingiber pupureum)
  • Sirsak (sirsak = Annona muricata L.)
  • Singugu (senggugu = Clerodendron serrature).

Baca: Madu Palsu dan Baduy

Resep Pengobatan Herbal Suku Baduy

Jenis-jenis tanaman ini banyak digunakan dalam pengobatan penyakit yang sering diderita oleh warga masyarakat Baduy seperti panas/demam/meriang, batuk, sakit perut/diare, sakit gigi, pusing, pegal linu/encok/nyeri otot, luka/borok, dan lemas/kurang bertenaga.

Untuk mengobati penyakit panas/demam/meriang masyarakat Baduy biasanya menggunakan:

  1. minuman dari rebusan air daun dadap, jukut tiis, dan daun aceh, atau
  2. minuman dari air seduhan remasan daun kaca piring dan daun sirsak.

Untuk penyakit batuk diobati dengan:

  1. minuman dari rebusan bunga calincing (Oxalis corniculata L.),
  2. minuman dari air rebusan tanaman utuh cecendet,
  3. air saringan jahe parut/tumbuk, dan
  4. air saringan cikur parut/tumbuk.

Baca: Kesalahan yang Menyebabkan Terusirnya Orang Baduy

Untuk penyakit sakit perut/diare mereka menggunakan:

  1. minuman dari air rebusan tanaman utuh cecendet,
  2. minuman air rebusan daun muda harendong,
  3. daun jambu klutuk yang dimakan mentah,
  4. minuman air rebusan kulit pohon lame putih, dan
  5. minuman seduhan lempuyang.

Untuk penyakit gigi digunakan:

  1. tetesan getah angsana (atau sonokembang, Pterocarpus indicus Willd.) pada gigi yang sakit, dan
  2. daun kadaka yang digigitkan tepat pada gigi yang sakit.

Untuk penyakit pusing/sakit kepala digunakan:

  1. tetesan air perasan bunga jukut kakacangan,
  2. minuman seduhan laja goah,
  3. minuman air rebusan kulit pohon lame putih, dan
  4. minuman seduhan lempuyang.

Baca: Padi Ratusan Tahun di Leuit Baduy, Bukti Ketahanan Pangan Terbaik Baduy

Untuk penyakit lemas/nyeri otot/encok biasanya menggunakan:

  1. tumbukan jukut bau yang diborehkan pada bagian yang sakit,
  2. minuman seduhan lempuyang,
  3. pucuk daun senggugu yang ditempelkan pada bagian yang sakit,
  4. parutan atau tumbukan jahe yang dibalurkan pada bagian yang sakit.

Untuk penyakit luka/borok digunakan:

  1. remasan daun harendong yang ditempelkan pada bagian yang sakit dan
  2. remasan jukut bau yang ditempelkan pada bagian yang sakit.

Untuk penyakit lemas/kurang bertenaga mereka menggunakan:

  1. minuman rebusan daun capeuk,
  2. minuman rebusan umbi laja goah dan kulit pohon lame, dan
  3. lalapan temu embek.

Berbagai jenis tumbuhan yang digunakan untuk obat tersebut diperoleh di semak belukar sekitar kampung, ladang, atau hutan, dan jarang sekali tersedia di pekarangan rumah. Oleh karena itu, jika memerlukan tanaman untuk mengobati penyakit tertentu dengan menggunakan tumbuhan, biasanya masyarakat Baduy mencari di semak belukar sekitar kampung, ladang, atau di hutan.

Baca: Berapa Biaya Traveling Ke Baduy???

Permasalahan muncul ketika tanaman obat yang mendadak diperlukan tidak diperoleh di sekitar kampung, melainkan harus dicari di ladang atau di hutan. Padahal jarak antara pemukiman dan ladang atau hutan cukup jauh. Kalaupun dapat dicapai, kadang kala tanaman yang dimaksud tidak dijumpai, karena hutan semakin gundul akibat perluasan ladang.

Salah satu langkah yang dapat diusulkan menjadi jalan keluar untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah misalnya dengan membuat kebun apotek hidup. Kebun apotek hidup tersebut berupa lahan yang di dalamnya ditanami tumbuh-tumbuhan yang diyakini dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Kebun apotek tersebut sekurang-kurangnya dibuat di lingkungan pemukiman sehingga tanaman-tanaman berkhasiat obat mudah diperoleh karena tumbuh di lingkungan tempat tinggal.

Jika terjadi keperluan mendadak untuk pertolongan kesehatan, tidak perlulah mencari tanaman obat jauh-jauh ke hutan. Manfaat lain kebun apotek hidup ini adalah kemungkinan dapat menurunkan pengetahuan dan kearifan lokal mengenai pengobatan tradisional berbasis tanaman ke generasi selanjutnya.

Baca: Baduy, Islam, dan Sunda Wiwitan

Pengobatan yang selama ini sudah memudar kembali dikenal dan diingat. Khazanah pengetahuan tentang obat dan pengobatan berbasis tanaman pun dengan demikian makin bertambah. Masyarakat tradisional setempat pun dapat mengobati penyakit dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat tanpa melanggar pantangan adat.

Baca: Wanita dalam Kehidupan Suku Baduy

Sumber: (PDFDrive.com) Wacana, Vol. 11 No. 1 (April 2009). R. CECEP EKA PERMANA, Masyarakat Baduy dan pengobatan tradisional. Dengan pustaka:

  • Avonina, Sthefanny. 2006. “Apa yang dimaksud dengan pengetahuan tradisional?”, Konvergensi IX (Oktober): 14-19.
  • Danasasmita, Saleh dan Djatisunda, Anis. 1986. Kehidupan masyarakat Kanekes. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi).
  • Garna, Judhistira. 1988. “Perubahan sosial budaya Baduy”, di dalam: Nurhadi Rangkuti (red.), Orang Baduy dari inti jagat, hlm 47-55. Yogyakarta: Bentara Budaya, KOMPAS, Etnodata, Prosindo, Yayasan Budhi Dharma Pradesa.
  • Garna, Judistira. 1993. ”Masyarakat Baduy di Banten”, di dalam: Koentjaraningrat (red.), Masyarakat terasing di Indonesia, hlm. 120-152. Jakarta: Depsos RI, Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial, dan Gramedia Pustaka Utama.
  • Hadi, A.C Sungkana. 2006. “Melestarikan kearifan masyarakat tradisional (Indigenous Knowledge)”, Buletin Perpustakaan dan Informasi Bogor (Juni): 27-32.
  • Hidayat, Syamsul. 2005. Ramuan tradisional ala 12 etnis Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.
  • Iskandar, Johan. 1992. Ekologi perladangan di Indonesia; Studi kasus dari daerah Baduy, Banten Selatan, Jawa Barat. Jakarta: Djambatan.
  • Permana, R. Cecep Eka. 2006. Tata ruang masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
  • Purnomohadi, Srihartiningsih. 1990. ”Sistem Interaksi sosial-ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat Badui di Desa Kanekes, Banten Selatan”. Tesis Magister, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Redaksi Agromedia. 2005. Ramuan tradisional untuk mengatasi aneka penyakit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
  • Sukandar E Y, 2006. “Tren dan paradigma dunia farmasi, Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan”. Orasi ilmiah Dies Natalis Institut Teknologi Bandung. (Http://itb.ac.id/focus/ focus_file /orasi-ilmiah-dies-45.pdf), diakses Januari 2006.
  • Supriadi dkk. 2001. Tumbuhan obat Indonesia; Penggunaan dan khasiatnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor. 94 Wacana, Vol. 11 No. 1 (April 2009)
  • World Health Organization (WHO). 2003. “Traditional medicine”, (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/), diakses Januari 2006.

Post a Comment

0 Comments