Mengetahui ISO dalam Fotografi Lebih Jauh

Mengetahui ISO dalam Fotografi Lebih Jauh
img src: animoto.com

Mungkin sebagian dari kita sudah cukup mahir mengatur eksposure kamera sebelum memotret sebuah momen. Menentukan segitiga eksposure (ISO, Shutter Speed, dan Aperture) secara manual dengan cepat bahkan tanpa menggunakan alat bantu metering. Insting yang terasah karena kebiasaan dalam memotret.

Baca: Daftar Lensa Nikkor yang Wajib Kamu Miliki

Kedepan kita coba mengetahui ketiga elemen eksposure tadi secara mendalam untuk melengkapi tutorial-tutorial sebelumnya di www.RAW.my.id. Kali ini kita akan memulai dengan mengenal lebih jauh tentang ISO.

Apakah ISO dalam Fotografi?

ISO adalah singkatan dari (International Organization for Standardization), yaitu sebuah organisasi yang menetapkan standar internasional untuk semua jenis pengukuran. Pada sebuah kamera, ISO adalah sensitivitas kamera Anda terhadap cahaya. ISO ditampilkan dalam angka seperti ini: 100, 200, atau 400. Merubah angka ISO menjadi tinggi akan mengubah eksposure gambar dalam terang dan gelapnya.

Baca: Memilih Kamera Terbaik Berdasarkan Genre Fotografi

Penggunaan ISO terendah adalah yang terbaik untuk hasil foto yang mengurangi noise dan grain. Sehingga tak salah jika kamera yang memiliki fitur ISO paling rendah (misal: 64 di kamera D850) hingga paling tinggi (misal: 819200 di kamera Pentax K-1) adalah kamera terbaik.

Objek foto dalam kondisi terang seperti pemotretan outdoor dipastikan akan menggunakan iso rendah sedangkan pemotretan di malam hari atau dalam ruangan akan menggunakan ISO yang lebih tinggi. Dalam dunia fotografi analog ISO lebih populer dengan sebutan ASA (American Standards Association) dan DIN yang kemudian disantandarisasi (ISO) pada tahun 1974 yang kemudian merujuk pada kata 'ISO' pada ISO 12232: 2006 sebagai proses standarisasinya hingga digunakan dalam fotografi era digital sekarang.

Baca: Rekomendasi Kanal Youtube Fotografi Terfavorit

Based ISO

Setiap kamera digital (saat ini) yang dikeluarkan oleh berbagai pabrikan kamera dipastikan memiliki ISO standar (base ISO). Based ISO ini memungkinkan kamera menghasilkan foto dengan kualitas tertinggi dengan mengurangi noise yang terlihat sedikit mungkin.

Rata-rata kamera digital sekarang memiliki standar ISO 100, ada yang lebih rendah ada pula yang 200 seperti Fujifilm X-T10. Semakin rendah based ISO sebuah kamera biasanya harga kameranya pun lebih mahal.

Baca: Rekomendasi Akun Jual Beli Kamera Online

Penggunaan ISO Rendah dan ISO Tinggi

Penggunaan ISO (angka ISO) tergantung pada objek dan kondisi pemotretan yang juga saling pengaruh erat dengan shutter speed dan aperture. Perumpamaan untuk mendapatkan eksposure yang pas, ISO rendah (100) pada siang hari membutuhkan kecepatan shutter 1/250 dengan bukaan (aperture) lensa 3.5. Berbeda jika pemotretan menjelang malam hari yang cahayanya semakin gelap, andai menggunakan kecepatan shutter dan bukaan yang sama maka ISO yang diperlukan minimal 400-800 untuk mendapatkan eksposure yang pas. Berbeda lagi ceritanya jika kecepatan shutter atau aperture diubah juga.

Kondisi pemotretan yang membutuhkan ISO rendah kebanyakan disebabkan sumber cahaya yang kuat seperti cahaya alami matahari di siang hari (outdoor) maupun cahaya buatan atau lighting di studio. Pergerarakn objek juga sangat mempengaruhi pengggunaan ISO. Objek diam dipastikan menggunakan ISO terrendah sebagaimana objek makro (benda kecil) yang mengedepankan detail-detail objek foto yang tidak mungkin menggunakan ISO tinggi karena dipastikan tidak tajam karena noise.

Baca: Holy Trinity Lens

Kondisi pemotretan yang membutuhkan ISO tinggi secara umum adalah kondisi kurang cahaya baik di dalam ruangan maupun di malam hari. Lazim kita temukan pemotretan astro fotografi selalu menggunakan ISO maksimum (atau rata-rata 3200) untuk 'menyerap' cahaya benda langit seperti bintang dan gugusannya. ISO tinggi juga biasa digunakan dalam pemotretan benda yang bergerak cepat seperti sport fotografi, apalagi momennya dilakukan di malam hari. Kecepatan rana yang setiap kamera terbatas antara 1/4000 atau 1/8000 membutuhkan ISO tinggi untuk mendapatkan eksposure yang pas.

Bayangkan seorang fotografer sepak bola atau atletik yang memotret pemain di stadion di malam hari. Mengcapture gerakan lari agar terlihat freeze maka dibutuhkan shutter speed tinggi dan untuk membantu pencahayaan hasil foto digunakanlah iso tinggi, misal 52000 karena tak mungkin ia menggunakan speedlite. Dari sini lah kamera itu terlihat levelnya (kamera amatir atau kamera profesional).

Setinggi apapun ISO yang digunakan pada kamera profesional, hasil gambar tidak akan noise dan grain (bintik-bintik). Beda ceritanya dengan kamera dibawahnya secara level. Maka Wajar kamera jadul semacam Nikon D3 itu dikatakan kamera Pro dibanding D600 (advanced level) meski perbandingan antara 12 Megapixel dan 24 Megapixel.

Sumber:

  • https://photographylife.com/
  • https://www.slrlounge.com/

Post a Comment

0 Comments