Aperture, Bokeh, dan Depth of Field. Mengenal Apa itu Aperture atau Bukaan Lensa?

Konstan Aperture, Bokeh, dan Depth of Field. Mengenal Apa itu Aperture atau Bukaan Lensa?
img src: wikipedia.org

Ini adalah seri lanjutan yang membahas secara lebih dalam tentang elemen-elemen segitiga exposure yaitu ISO, Shutter Speed, dan Aperture. Dua poin yang disebutkan pertama tadi bisa kamu ikuti dengan klik postingan di bawah ini:

Dengan membaca postingan ini sampai selesai diharapkan kamu bisa memahami keterkaitan ketiganya dalam menghasilkan exposure terbaik yang mungkin visualisasinya akan secara detail di postingan berikutnya. Kali ini kita akan mengetahui lebih jauh tentang aperture atau bukaan lensa.

Apa itu Aperture?

Aperture adalah lebar bukaan lensa yang dilewati cahaya yang masuk ke dalam kamera. Di mata manusia, aperture ini adalah pupil yaitu lingkaran pada bola mata bagian depan yang berwarna hitam/cokelat/biru/hijau. Pupil akan membesar dan mengecil dengan sendirinya sesuai cahaya yang masuk ke dalam mata.

Saat mati lampu, dan tidak ada cahaya di malam hari pupil manusia akan membesar guna menyerap cahaya semaksimal mungkin dan jika tiba-tiba listrik menyala kemudian langsung terang, secara reflek kita mengerenyitkan atau menutup mata setengah karena cahaya yang masuk terlalu banyak saat pupil masih dalam ukuran lebih besar. Setelah pupil perlahan mengecil barulah mata kita merasa normal perpindahan dari gelap ke terang.

Nah begitulah analogi bukaan pada sebuah lensa kamera.

Baca: Apa Itu Holy Trinity Lenses?

Fungsi utama aperture adalah bersama-sama dengan ISO dan Shutter Speed menghasilkan nilai exposure yang ideal sehingga menghasilkan foto terbaik dari segi pencahayaan. Aperture ditunjukkan pada lensa dan kamera dengan angka-angka seperti di bawah ini:

  • f1.8
  • f2.8
  • f3.5
  • f3.5-4.5
  • f4.5
  • f4.5-5.6
  • f5.6
  • f8
  • f11, hingga
  • f32

Semakin kecil angka aperture pada lensa berarti ukuran bukaan lensa semakin besar, begitu sebaliknya. Semakin besar angka aperture maka ukuran bukaan lensa semakin kecil. Bukaan lensa besar memungkinkan cahaya masuk lebih banyak ke dalam sensor sehingga hasil foto akan terlihat lebih terang jika ISO dan sutter speed tetap sama. Begitu pula hasil foto akan terlihat lebih gelap jika bukaan paling kecil dengan ISO dan shutter speed yang sama.

Baca: Lensa Nikon yang Wajib Kamu Miliki

Lensa yang memiliki aperture paling besar biasanya merupakan lensa 'mahal' yang dicari banyak fotografer. Contohnya, Nikkor 50mm f2 dengan Nikkor 50mm f1.8 akan lebih disukai yang bukaan f1.8 atau lebih besar dengan bukaan f1.4 atau 1.2 atau f0.95 dengan harga yang tentunya menyesuaikan.

Lensa zoom berbeda dengan lensa prime. Rata-rata lensa zoom memiliki variable aperture (tidak fix/constan) seperti lensa yang pernah saya miliki Nikkor 70-300mm f4.5-5.6. Pada panjang focal 70mm lensa ini maksimum bukaannya adalah f4.5 sedangkan pada panjang focal 300mm maksimum bukaannya adalah f5.6 dengan bukaan terkecil yang memungkinkan adalah f45 untuk kedua panjang focal. Dalam artian cahaya yang masuk saat 300mm tidak sama saat panjang focalnya 70mm karena kemampuan bukaan lensa yang terbatas.

Lensa dengan variable aperture di atas akan lebih murah harganya dibanding lensa zoom yang memiliki aperture constant sperti Nikkor 80-200mm f2.8. Selain bukaannya lebih besar, bukaan ini juga berlaku di semua panjang focal antara 80mm sampai 200mm sehingga cahaya yang masuk akan 'tetap sama' tergantung pengaturan dua bagian segitiga exposure lainnya. Keuntungan lain lensa dengan aperture constant adalah bisa memproduksi background foto blur yang lebih baik untuk mengisolasi objek utama foto.

Baca: Memilih Kamera Terbaik Sesuai Genre Masing-Masing

Fungsi Lain Aperture

Selain sebagai penentu exposure yang pas, bukaan lensa juga dapat mempengaruhi dan memproduksi hasil foto yang berbeda dan lebih berdimensi. Salah satu pengaruh penggunaaan bukaan besar dan kecil pada lensa adalah depth of field (lebar area fokus) dimana bagian fokus itu lah yang akan detail tajam dan area lainnya akan blur (not fokus). Bukaan lensa lebar seperti f1.8 akan memiliki DoF (Depth of Field) yang sempit demikian juga bukaan kecil seperti f22 akan menghasilkan DoF yang lebih lebar (meskipun sepengalaman saya tidak semuanya begitu).

Depth of Field dipengaruhi juga oleh jarak kamera dan objek foto sehingga tidak sepenuhnya bukaan lensa kecil selalu menghasilkan area fokus yang lebih lebar.

Baca: Rekomendasi Website Review Kamera

Bukaan lensa yang lebar juga menghasilkan background yang blur (not focus) sehingga terlihat mengisolasi objek utama foto. Biasanya digunakan dalam pemotretan portrait. Jika background merupakan titik-titik cahaya, maka akan menghasilkan BOKEH. Konon katanya bukaan paling besar akan menghasilkan bokeh yang lebih 'SOFT BUBBLE BOKEH'. Saya pribadi tak terlalu setuju, karena lensa saya dengan bukaan f4.5 pada panjang focal 200mm juga menghasilkan bokeh yang ciamik.

Bokeh pengaruh utamanya bisa bukaan lensa tetapi disisi lain bisa banyak hal yang pengaruh misalnya jarak objek foto dan background, bentuk background, angle foto (arah memotret), kualitas optik lensa, dan jumlah blade aperture.

Lensa dengan jumlah aperture lebih banyak akan menghasilkan buble bokeh dengan lingkaran yang sempurna. Semisal lensa dengan jumlah blade 9 akan lebih bagus dibanding lensa dengan blade 7 atau 6. Untuk mengetahui berapa blade lensamu cukup lihat dari bagian depan lensa kemudian hitung 'helai' bladenya.

Baca: Rekomendasi Kanal Youtube Fotografi Favorit

Blade yang shape (tajam) dengan blade aperture yang round (membulat) juga akan memproduksi hasil bokeh yang berbeda. Di luar itu, meski misalnya sama-sama memiliki blade 9, lensa Nikkor 135mm f2 dan 135mm f2 DC akan menghasilkan bokeh yang berbeda. King of bokeh 135mm f2 DC kelebihannya adalah rounded blade dan memiliki fitur Defocus Control sehingga hasil yang bokeh bisa diatur sesuai keinginan. Jangan tanya harga lensa ini berapa, yang jelas saya belum sanggup beli. wkwkk.


Source: https://photographylife.com/

Post a Comment

0 Comments